Kamis, November 13, 2008

KEJEDOT SAHAM BUMI

Gila … baru pertama ikutan investasi di saham, sahabatku langsung dibuat kliyengan. Bagaimana ga pusing 77 keliling, duitnya nyangkut dah hampir 2 bulan.

Ketertarikan dia untuk berinvestasi di saham berawal dari baca koran dan dengar di radio atau di TV mengenai kondisi bursa. Waktu itu, awal sampe pertengahan September 2008 kondisi bursa crash… anjlok tajam baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun setelah itu, dua atau tiga hari berikutnya Indeks kembali membaik. Nah… disinilah dia tanya tanya sama aku bagaimana cara main saham agar dapat keuntungan. Terlebih dia dengar dari berbagai sumber bahwa main saham bisa dapat untung bejibun.


Setelah kusampaikan resiko dan keuntungan berinvestasi di saham, tentunya ga ketinggalan prinsip high risk high return. Selanjutnya yang jadi fokus adalah saham apa yang sebaiknya di beli. Waktu itu, lagi gencar gencarnya pemerintah mo melakukan buy back saham BUMN sehingga aku merekomendasi untuk mengoleksi saham BUMN. Yang dipilih adalah ANTM kemudian untuk yang perusahaan swasta aku menyarankan BUMI. Aku berani menyarankan saham Group Bakrie ini karena hasil dari beberapa report para analis, perusahaan batubara terbesar di Indonesia ini berfundamental cemerlang, harganya sudah turun sekitar 50% dari harga tertingginya, terus waktu aku searching di beberapa reksadana, hampir semua reksadana saham mengoleksi saham Group Bakrie ini sebagai portfolionya. Tidak sampai disitu aku juga melihat likuiditasnya yang oke, sehingga sewaktu waktu bila diperlukan nantinya bisa dijual dengan mudah.

Singkat cerita, sang teman pun membuka rekening di satu perusahaan efek dengan menyerahkan deposit seperti yang dipersyaratkan broker. Disana dia juga tanya ini tanya itu kepada costumer servisce. Si Cspun agak males dan jengkel karena si Teman agak bawel… maklum newbie… Seperti rencana, dia membeli saham favorit, BUMI dan ANTM. Porsi pembelian saham BUMI lebih besar yaitu sampe lebih Rp40 jeti (20 lot dengan harga Rp4.025 per saham). Selain it, dia juga beli saham ANTM di harga Rp1.500an per saham. Total investasi awalnya adalah Rp50 jeti.

Setelah dia memiliki kedua saham tersebut, setiap hari menghubungi aku via telpon… mencari tahu perkembangan harga sahamnya… Weleh… jadi nggak enak rasanya. Bukan nggak enak karena ditelponin, tapi ga enak karena nilai sahamnya merosot terus. Itu kan dulu yang merekomendasikan aku. BUMI, saham sejuta umat yang kini jadi kasus di pasar modal benar benar bikin orang ga enak makan ga enak tidur. Berpotensi bikin investor kapok,… terus juga berpotensi ngrecokin persahabatanku… He he… semoga enggak terjadilah…

Waduh… kejedot deh kami di BUMI.
BUMI menelan harapan sahabatku
Menelan harapan kami dan banyak orang di bursa…karena saat aku nulis ini harganya Rp1.180 per saham. Itupun dengan antrian jual bejibun jadi kalo mau jual diharga itupun susah laku sehingga potensi harganya untuk terus turun sangat besar, setidaknya dalam jangka pendek. Bayangkan belum genap 2 bulan, potensi rugi dari investasi tersebut sudah lebih dari 70 persen. Mabok dech…!

Sekarang aku hanya memberi pengertian sama sahabatku biar saham yang dia miliki disimpan untuk jangka panjang walaupun sebelumnya konsep berinvestasi di pasar modal tersebut juga sudah disampaikan.

Ya udah dech… mau apa lagi…
Kalau punya peluru (duit) sich sebaiknya beli lagi, mumpung lagi murah… Kan kata Om Warren Buffet harus takut pada saat orang lain rakus dan rakus pada saat orang lain takut. Jadi, saat ini menurut beliau adalah saat tepat untuk melakukan investasi. Tapi siapa yang berani melawan pasar Om.

Tidak ada komentar: