Senin, November 24, 2008

nGgaduh, Investasi Alternatif Yang Potensial

Dalam kondisi krisis, masyarakat kelas menengah yang masih mempunyai dana berpikir keras mencari investasi apa yang paling sesuai, yang paling menguntungkan.

Saham…? Ah… serem… indeks turun terus, para analis dan tenaga pemasar pun bingung kasih advis dalam kondisi sekarang ini. Walau banyak orang telah bilang it is time to buy sejak sebulan bahkan dua bulan lalu tapi kenyataannya titik terendah indeks belum juga diketahui. Kecenderungan indeks terus melemah masih dominan. Banyak investor saham yang nyangkut dan nilainya terpangkas hingga lebih dari 50%.

Mau menanam ke reksadana atau unit link pada asuransi..? Mmm sama keneh…nilainya juga terus merosot karena patokan dasar investasi ini juga harga efek (surat berharga, termasuk saham). Deposito..? Lumayan lah, lebih punya kepastian, bunganya juga lumayan…tapi kalo dibandingin dengan inflasi yang masih tinggi, keuntungan investasi disini juga masih sangat minim.

Emas…? Investasi ini terkenal solid, harga komoditasnya relatif stabil dan cenderung naik. Tapi… sekarang harga komoditas ini juga tengah turun, seiring dengan harga komoditas lainnya.

US Dollar ? Boleh juga… Harus kita akui bahwa mata uang ini masih sebagai patokan nilai tukar dunia. Kondisi krisis yang berasal dari AS saat ini mendorong investor mengalirkan dananya untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya di luar negeri sehingga memacu naiknya harga USD. Tapi sebagai warga negara yang cinta tanah air kenapa kita secara pribadi harus ikut ikutan memperkuat USD dengan membelinya. Rasanya lebih bijak kalau kita ga usah ikut ikutan mengoleksi USD hanya demi keuntungan pribadi yang berpotensi mengorbankan rasa nasionalime. Wah … nasionalime dibawa bawa nich…? Ya, memang pengaruhnya luar biasa lho. Coba kalo kita ngroyok ikut rebutan USD, mata uang ini akan semakin kuat, pemerintah bisa ngos ngosan menjaga nilai Rupiah dengan cadangan devisa kita… Tingginya USD atau melemahnya Rupiah memang menguntungkan eksportir tapi masalahnya sekarang para eksportir juga kebingungan menyalurkan produknya karena anjloknya permintaan dari negara tujuan.

Beliin property atau tanah…? Oke juga… kenaikan nilai tanah bisa 20-30% per tahun tapi investasi ini nggak likuid, alias nggak gampang untuk diperjualbelikan. Ngurusinnya juga harus teliti dan perlu waktu. Jangan sampe kita beli tanah yang bermasalah… bodong atau surat suratnya aspal.

Satu alternatif investasi yang potensi keuntungannya ga kalah dan punya nilai kebersamaan yaitu NGGADUH. Saya nggak tau istilah Indonesianya… itu bahasa Jerman, he he… artinya bukan suara berisik, gaduh atau menjadikan suasana berantakan,… tapi ini benar benar investasi yang oke punya.

Ilustrasinya begini : Kita membeli hewan peliharaan seperti sapi atau kambing (yang populer memang kedua hewan ini karena lebih likuid). Hewan ternak tersebut kita taruh atau kita titipkan kepada orang lain dan hasil dari ternak tersebut kita bagi dua yaitu kita sebagai pemilik modal dan orang yang memelihara hewan tersebut. Memelihara mencakup tenaga kerja, makanan dan tempat untuk proses pemeliharaan.

Sapi/kambing yang sehat, semakin besar atau berkembang biak menjadi harapan kita sebagai pemilik modal dan mereka yang memelihara. Sementara resiko ditanggung bersama. Jadi kalo sampe hewan peliharaan mati… kita kehilangan modal dan pemelihara kehilangan pekerjaan memelihara yang berarti kehilangan potensi keuntungan. Untuk mengurangi resiko, pelajari partner kita. Ini faktor utamanya,… kesunguhan dia memelihara, terus kejujurannya dalam merealisasi keuntungannya. Realisasi keuntungan bisa di tentukan per periode atau saat hewan sudah layak jual. Fleksibel saja, yang penting komunikasi tetap jalan dan keuntungan dapat dikalkulasi. Saya percaya orang orang desa relatif dapat dipercaya…. Tapi ya sama saja ding, tinggal bagaimana kedekatan kita sama mereka.

Investasi ini biasanya dilakukan di pedesaan. Kita para urban, para perantau yang berasal dari desa, bolehlah menginvestasikan modal kita dalam bentuk nggaduh. Bentuk investasi ini juga dapat dilihat sebagai bentuk kepedulian kita terhadap saudara saudara kita di desa.

Selain potensi keuntungannya yang nggak kalah dibanding investasi lainnya, langkah ini bila dilakukan massal dapat menjadi langkah pemenuhan kebutuhan daging di dalam negeri. Bangga kan kita mengkonsumsi daging dari ternak kita sendiri. Daripada mengkonsumsi daging impor beku yang telah berada di frizer berbulan bulan.

Selengkapnya......

Kamis, November 20, 2008

Damai dan Adil, Kunci Mengatasi Krisis Global Saat Ini.

Krisis finansial global yang berawal dari kasus kredit macet di AS kini menjalar ke berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Seberapa besar dampak krisis terhadap masyarakat bangsa kita masih diitung itung oleh pada analis dan penentu kebijakan negeri ini. Kitapun sebagai masyarakat biasa sudah harus mulai memperhitungkan langkah yang harus diambil dalam menyikapi krisis ekonomi ini.

Beberapa analis dan pejabat negara optimis kalau krisis ini tidak lebih buruk dari krisis 1998. Mereka menyodorkan data data untuk membandingkan kondisi ekonomi Indonesia saat itu dan sekarang antara lain menyangkut cadangan devisanya yang lebih aman dibanding dulu, pertumbuhan ekonominya yang masih oke, tidak adanya krisis politik dll.

Mereka lupa kalau krisis waktu itu hanya terjadi di kawasan Asia yaitu Korea, Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Pihak pihak yang berkepentingan akhirnya berhasil melokalisir krisis regional itu. Nah sekarang…? Krisis berasal dari AS, negara adidaya yang merupakan pusat keuangan dunia, importir terbesar di dunia. Sebelumnya tidak terbayangkan negara adidaya ini akan dilanda masalah finansial kronis. Ini krisis yang sangat serius. Tidak sedikit pelaku ekonomi pesimis memandang keadaan tahun 2009 mendatang.

Dampak dari krisis awalnya terasa di pasar finansial, yaitu bursa saham, bursa surat utang, surat surat berharga lainnya, valuta maupun komoditas. Harga minyak dan berbagai komoditas terus menunjukkan tren turun karena turunnya permintaan global. Tampak bahwa sektor manufaktur, jasa dan infrastruktur langsung terimbans. Pabrik pabrik memangkas produksi atau menghentikannya karena daya beli masyarakat menurun dan ini pada akhirnya mendorong pengurangan tenaga kerja.

Kalangan menengah juga terpukul oleh jatuhnya investasi mereka pada saham dan surat berharga lainnya termasuk asuransi terutama yang ada unit linknya. Dalam keadaan krisis, kebutuhan primer menjadi fokus. Investasi menjadi sangat selektif. Bila anda masih punya duit lebih, bolehlah sebagian dari dana anda untuk menampung saham saham yang telah rontok. Dari posisi tertingginya tahun ini, IHSG telah terdiskon sebesar 60%, bahkan beberapa saham yang berfundamental baik pun ada yang terdiskon lebih dari itu.

Walaupun bursa akan tetap eksis dan tidak akan mati, tapi anda harus benar benar selektif memilih saham. Krisis ini masih memberi potensi menekan harga harga saham. Jadi anda harus siap. Namun juga tidak menutup kemungkinan, krisis segera teratasi bila berbagai negara dan masyarakatnya kompak, nggak serakah, terjalin saling pengertian dan damai. Perdamaian dan Keadilan, inilah kunci mengatasi krisis yang saat ini melanda dunia.

Peace men…!

Selengkapnya......

Kamis, November 13, 2008

KEJEDOT SAHAM BUMI

Gila … baru pertama ikutan investasi di saham, sahabatku langsung dibuat kliyengan. Bagaimana ga pusing 77 keliling, duitnya nyangkut dah hampir 2 bulan.

Ketertarikan dia untuk berinvestasi di saham berawal dari baca koran dan dengar di radio atau di TV mengenai kondisi bursa. Waktu itu, awal sampe pertengahan September 2008 kondisi bursa crash… anjlok tajam baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun setelah itu, dua atau tiga hari berikutnya Indeks kembali membaik. Nah… disinilah dia tanya tanya sama aku bagaimana cara main saham agar dapat keuntungan. Terlebih dia dengar dari berbagai sumber bahwa main saham bisa dapat untung bejibun.


Setelah kusampaikan resiko dan keuntungan berinvestasi di saham, tentunya ga ketinggalan prinsip high risk high return. Selanjutnya yang jadi fokus adalah saham apa yang sebaiknya di beli. Waktu itu, lagi gencar gencarnya pemerintah mo melakukan buy back saham BUMN sehingga aku merekomendasi untuk mengoleksi saham BUMN. Yang dipilih adalah ANTM kemudian untuk yang perusahaan swasta aku menyarankan BUMI. Aku berani menyarankan saham Group Bakrie ini karena hasil dari beberapa report para analis, perusahaan batubara terbesar di Indonesia ini berfundamental cemerlang, harganya sudah turun sekitar 50% dari harga tertingginya, terus waktu aku searching di beberapa reksadana, hampir semua reksadana saham mengoleksi saham Group Bakrie ini sebagai portfolionya. Tidak sampai disitu aku juga melihat likuiditasnya yang oke, sehingga sewaktu waktu bila diperlukan nantinya bisa dijual dengan mudah.

Singkat cerita, sang teman pun membuka rekening di satu perusahaan efek dengan menyerahkan deposit seperti yang dipersyaratkan broker. Disana dia juga tanya ini tanya itu kepada costumer servisce. Si Cspun agak males dan jengkel karena si Teman agak bawel… maklum newbie… Seperti rencana, dia membeli saham favorit, BUMI dan ANTM. Porsi pembelian saham BUMI lebih besar yaitu sampe lebih Rp40 jeti (20 lot dengan harga Rp4.025 per saham). Selain it, dia juga beli saham ANTM di harga Rp1.500an per saham. Total investasi awalnya adalah Rp50 jeti.

Setelah dia memiliki kedua saham tersebut, setiap hari menghubungi aku via telpon… mencari tahu perkembangan harga sahamnya… Weleh… jadi nggak enak rasanya. Bukan nggak enak karena ditelponin, tapi ga enak karena nilai sahamnya merosot terus. Itu kan dulu yang merekomendasikan aku. BUMI, saham sejuta umat yang kini jadi kasus di pasar modal benar benar bikin orang ga enak makan ga enak tidur. Berpotensi bikin investor kapok,… terus juga berpotensi ngrecokin persahabatanku… He he… semoga enggak terjadilah…

Waduh… kejedot deh kami di BUMI.
BUMI menelan harapan sahabatku
Menelan harapan kami dan banyak orang di bursa…karena saat aku nulis ini harganya Rp1.180 per saham. Itupun dengan antrian jual bejibun jadi kalo mau jual diharga itupun susah laku sehingga potensi harganya untuk terus turun sangat besar, setidaknya dalam jangka pendek. Bayangkan belum genap 2 bulan, potensi rugi dari investasi tersebut sudah lebih dari 70 persen. Mabok dech…!

Sekarang aku hanya memberi pengertian sama sahabatku biar saham yang dia miliki disimpan untuk jangka panjang walaupun sebelumnya konsep berinvestasi di pasar modal tersebut juga sudah disampaikan.

Ya udah dech… mau apa lagi…
Kalau punya peluru (duit) sich sebaiknya beli lagi, mumpung lagi murah… Kan kata Om Warren Buffet harus takut pada saat orang lain rakus dan rakus pada saat orang lain takut. Jadi, saat ini menurut beliau adalah saat tepat untuk melakukan investasi. Tapi siapa yang berani melawan pasar Om.

Selengkapnya......

Kamis, November 06, 2008

Short Selling

Kata tersebut sekarang menjadi populer menyusul terjadinya crash di pasar modal akhir akhir ini. Indeks bursa global termasuk IHSG turun tajam. Penyebabnya selain dipicu oleh krisis kredit di AS dan ketakutan atas resesi global juga karena adanya trik perdagangan yang memperbolehkan investor melakukan penjualan efek/saham terlebih dahulu meskipun dia tidak memiliki saham tersebut dengan harapan dapat membeli kembali saat harganya lebih murah.

Short selling merupakan trik atau teknik berdagang para investor yang lebih bersifat spekulatif dengan memanfaatkan situasi pasar yang panik. Dalam situasi panik ini Spekulan sangat berpotensi memperoleh gain atau keuntungan dari selisih harga jual dan beli.

Akhir akhir ini Short Selling dituduh sebagai kambing hitam anjloknya harga saham, walaupun pada saat normal teknik perdagangan ini sangat wajar dilakukan di bursa yang bersifat kapitalis. Baik bursa saham, komoditas maupun pasar uang.

Di Indonesia Short Selling di Bursa Efek Indonesia pernah diakomodir yaitu dengan dikeluarkannya peraturan untuk itu oleh otoritas bursa, Bapepam dan BEI. Namun sejak September 2008, Short Selling tiba tiba menjadi tindakan yang dilarang karena merusak pasar. Saya tidak tahu apakah ini hanya bersifat sementara karena pasar sedang menunjukkan trend yang terus melemah atau akan diberlakukan kembali bila pasar telah stabil dengan dalih mendukung likuiditas perdagangan.

Logikanya, orang tidak bisa melakukan penjualan bila dia tidak memiliki barang… Nah apa bedanya barang dengan saham…. Dengan demikian bijaksana bila kiranya aksi Sort Selling ini tidak diakomodir di Bursa Efek Indonesia.

Biarlah bursa lain di dunia memperbolehkannya, biar mereka berjalan dengan peraturannya… kita berjalan dengan aturan kita sendiri, yang sesuai dengan karakter dan kemampuan kita. Betul, kita masuk di pasar bebas, tapi jangan kebablasan.

Ngono yo ngono ning ojo ngono….!

Selengkapnya......

Mencoba Ngeblog Lagi

Dah lama oey nggak Ngeblog. Lha wong nulis koq di putus putus… ya kemampuan menulisnya jadi nggak terasah lah… Demikian komentar temenku waktu aku sudah nggak ngeblog lagi.

Sekitar 4 bulan aku vacuum… memang males banget…sekedar menengok blog aja males apalagi nulis. Nah sekarang coba aku pompa lagi dech semangat belajarnya… Semoga tetap semangat seperti slogan yang sudah kupampang. Malu kan, kalau sampe dibilang dat nyeng (bahasa londo). Cuma repotnya, teknik teknik ngeblog dah lupa lagi… tadi aja mo masuk susah… paswordnya lupa…. dasar…!

Tadinya ini hanya sekedar kegiatan filing atau mendokumentasikan tulisanku. Biar suatu saat bila aku perlu bisa di buka-buka lagi. Ke depan, mungkin aku mo nyoba menyampaikan bahasan bebas tapi tetep cenderungnya sekitar pasar modal karena dunia inilah yang aku geluti walau Cuma pinggirnya aja.

Oke dech… santai aja… tapi mudah mudahan bisa konsisten. Yup… Cancut Taliwondo…!

Selengkapnya......